Hari ini saya nyampe di kota tempat saya bersekolah SD dulu di Kota Kembang Bandung. Yang tepatnya berada di daerah Bandung Selatan. SDN XIV YONZIPUR Dayeuhkolot.
Saya pergi ke Kota ini dengan meninggalkan banyak cita-cita dan harapan akan mimpi-mimpi saya di Kota kelahiran saya Cirebon.
Saya kecewa terhadap seseorang yang bernama Ratna Widia Ningrum Sari. Rasa kecewa saya tidak terhitung jumlahnya hingga saya bingung mesti menuliskannya seperti apa.
Saya sangat sakit hati akan semua sikapnya terhadap saya. Mempermainkan hidup saya dan membiarkan saya menderita begitu saja. Saya tidak mengerti kenapa ia bisa bersenang-senang tanpa mau tau keadaan orang yang pernah ia kenal.
Apakah saya masih pantas hidup? Saya rasa tidak.
Semua orang yang berada di posisi saya akan merasa putus asa dan lebih memilih mengakhiri hidup karena hidup sudah tidak ada gunanya lagi. Untuk apa?
Dua tahun saya mengenal seseorang yang saya fikir dia memiliki hati seperti seorang malaikat. Tapi nyatanya enggak. Yang ia fikirkan hanya dirinya sendiri. Yang ia fikirkan hanya apa yang ia butuhkan.
Jika ia merasa apa yang ia tidak mau ia menyalahkan hal yang sedang dekat dengannya. Ia bisa bilang "Dis, nti malem telpon Na yah!" dan saat malam datang saya coba menelpon jawabannya apa? "Dis, Na lagi nonton sinetron neh, kmu nelponnya nanti lagi seh!" (Sikap Mengecewakan 01)
Saya kecewa terhadap seseorang yang bernama Ratna Widia Ningrum Sari. Rasa kecewa saya tidak terhitung jumlahnya hingga saya bingung mesti menuliskannya seperti apa.
Saya sangat sakit hati akan semua sikapnya terhadap saya. Mempermainkan hidup saya dan membiarkan saya menderita begitu saja. Saya tidak mengerti kenapa ia bisa bersenang-senang tanpa mau tau keadaan orang yang pernah ia kenal.
Apakah saya masih pantas hidup? Saya rasa tidak.
Semua orang yang berada di posisi saya akan merasa putus asa dan lebih memilih mengakhiri hidup karena hidup sudah tidak ada gunanya lagi. Untuk apa?
Dua tahun saya mengenal seseorang yang saya fikir dia memiliki hati seperti seorang malaikat. Tapi nyatanya enggak. Yang ia fikirkan hanya dirinya sendiri. Yang ia fikirkan hanya apa yang ia butuhkan.
Jika ia merasa apa yang ia tidak mau ia menyalahkan hal yang sedang dekat dengannya. Ia bisa bilang "Dis, nti malem telpon Na yah!" dan saat malam datang saya coba menelpon jawabannya apa? "Dis, Na lagi nonton sinetron neh, kmu nelponnya nanti lagi seh!" (Sikap Mengecewakan 01)
Dilain cerita setiap saat saya memikirkan dia, sedang apa dia, bersama siapa dia dan sebagainya. Tapi saat saya coba menanyakan keadaannya. Dia jawab apa? "Duuuh, kamu tuh ganggu Na aja". (Sikap Mengecewakan 02)
Saya pengen punya cita-cita. Saya pengen kerjaan saya menghasilkan dan saya juga kuliah karena saya ingin jadi orang yang lebih tinggi derajarnya.
Saya cukup punya kesibukan tapi saya coba adil untuk berbagi waktu antara kebutuhan kerja, kuliah dan dia. Tapi dia tidak pernah berfikir saya punya rasa capek.
Tidak pernah menanyakan saya sedang apa, tidak pernah peduli saya bagaimana, tidak pernah peduli kuliah atau kerjaan saya. Dan semuanya. Saya juga bingung kenapa ada mahluk seperti itu dan saya tetap mencintainya.
Saya memang manusia bodoh yang gampang tergoda oleh hal yang terlihat indah namun sangat menyakitkan.
Bukan masalah kehilangan seorang wanita. Tapi kehilangan masa depan. Kehilangan harapan kebahagiaan. Kehilangan apa yang orang lain kejar semasa ia hidup.
Dis, lu tuh goblok banget sih! Kenapa gara-gara seorang wanita aja kamu sampe ninggalin waktu untuk kuliah. Waktu untuk bekerja?
Begini ceritanya :
Saya cukup punya kesibukan tapi saya coba adil untuk berbagi waktu antara kebutuhan kerja, kuliah dan dia. Tapi dia tidak pernah berfikir saya punya rasa capek.
Tidak pernah menanyakan saya sedang apa, tidak pernah peduli saya bagaimana, tidak pernah peduli kuliah atau kerjaan saya. Dan semuanya. Saya juga bingung kenapa ada mahluk seperti itu dan saya tetap mencintainya.
Saya memang manusia bodoh yang gampang tergoda oleh hal yang terlihat indah namun sangat menyakitkan.
Bukan masalah kehilangan seorang wanita. Tapi kehilangan masa depan. Kehilangan harapan kebahagiaan. Kehilangan apa yang orang lain kejar semasa ia hidup.
Dis, lu tuh goblok banget sih! Kenapa gara-gara seorang wanita aja kamu sampe ninggalin waktu untuk kuliah. Waktu untuk bekerja?
Begini ceritanya :
Saya lahir, saya tidak punya apa-apa.
Lalu saya besar dan punya cita-cita.
Saya bekerja dan mencari jati diri akan jadi apa saya nantinya.
Jadi guru kah? Jadi Musisi kah? Jadi Programer kah? Jadi Fotografer kah?
Itu semua pilihan yang harus saya pilih salah satu.
Untuk memilih salah satu dan menjadi manusia yang sukses saya harus memulai dari nol, merintis dan membesarkan usaha saya.
Tapi belum saya sampai ke titik tersebut saya selalu mendapat pukulan telak dari wanita bernama Ratna Widia N.S. itu.
Pukulan telak bagaimana?
Saya punya pendapatan yang mungkin cukup untuk biaya hidup saya sendiri sih. Cukup untuk makan. Cukup untuk biaya kuliah, dan Cukup untuk kebutuhan ringan seperti jajan dan main di akhir pekan.
Tidak muluk yang saya inginkan. Saya pun ingin membahagiakan orang-orang yang saya sayangi nantinya. Saya perlu belajar. Saya perlu membeli banyak bahan untuk membuat saya pintar. Karena saya bukan anak orang kaya yang bisa memilih banyak hal. Bukan anak orang kaya yang punya uang terpisah untuk belajar dan bersenang senang. Tapi saya dapat apa? Saya dapat kalimat : "Kalo kamu gak sanggup gak usah ngarepin Na lah!" Oke saya terima. Wajar karena kenyataannya memang seperti itu. Saya hanya anak orang miskin yang tidak pantas dipuji.
Dilain cerita lagi saya peduli saat saya tau ia kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Saya coba bantu karena saya merasa saya memiliki kemampuan yang cukup untuk membantu ia menyelesaikan tugas kulianya. Tapi saya juga seorang manusia yang tidak luput dari rasa lelah dan capek karena saya juga punya segudang aktivitas yang harus saya kerjakan pula.
Saya tidak ingin membuat ia kecewa dan sebisa mungkin saya berusaha adil dengan menyelesaikan tugas yang ia berikan. Saya selesaikan tugasnya walau dengan mengorbankan waktu bekerja dan waktu kuliah saya. Dia berbicara "Loh kok kamu sampe gak kuliah?".
Ya saya fikir untuk menyelesaikan tugas yang diperlukan pemikiran ekstra saya mesti konsentrasi dan memilih salah satu. Lalu dia bilang "Ya udah makasih yah! Kamu sampe ngorbankan kuliah kamu buat Na".
Tapi sebatas itu. Selanjutnya ia tetap mengabaikan SMS yang selalu saya kirimkan dan tidak mengutamakan saya di sela kesibukannya. Tidak seperti saya yang mengutamakan mengerjakan tugasnya dulu lalu baru menuntaskan pekerjaan saya yang lain. (Sikap Mengecewakan 03)
Saya dibingungkan dengan kasus kecurigaan ia. Saya bingung juga terhadap apa yang ia harapkan.
Dia pernah berbicara mengharapkan saya sukses. Tapi pernahkah ia ikhlas ikut andil membantu saya? Saya tidak tahu. Saya ingin jadi programer dia tidak mengerti pusingnya belajar skrip program.
Saya ingin jadi fotografer dan jurnalis, dihina dan dicurigai.
Dia pernah berbicara mengharapkan saya sukses. Tapi pernahkah ia ikhlas ikut andil membantu saya? Saya tidak tahu. Saya ingin jadi programer dia tidak mengerti pusingnya belajar skrip program.
Saya ingin jadi fotografer dan jurnalis, dihina dan dicurigai.
Saya bingung saya mesti jadi orang seperti apa.
Hidup saya sudah hancur sekarang. Saya bela-belaan meninggalkan semua yang saya punya untuk dia tapi ia sekarang tidak peduli terhadap nasib saya.
Bandung, 17 Nopember 2012